Rabu, 09 November 2016

BUSBAR


Busbar adalah bentuk besarnya dari isi kabel (tembaga). Fungsinya tetap sama, yaitu menghantarkan listrik.

Ini foto-foto busbar.




panel dari depan, dimana busbar terkonek dengan ACB.






Busbar






penampakan busbar dari samping






busbar 3 fasa yang terkonek (R, S, dan T)






busbar dari belakang panel, 3 fasa + 1 netral


Busbar dapat diganti dengan kabel. Perbedaan busbar dan kabel hanya di bagian pelindungnya atau isolator. Jika busbar ‘telanjang’, sedangkan kabel ada ‘baju’nya. Namun, karena kabel sangat merepotkan untuk di dalam panel, maka digunakanlah busbar.

Pemakaian busbar hanya di dalam panel. Alasannya karena busbar telanjang, dan siapapun yang memegangnya saat ada aliran listrik, dapat menyebabkan kematian.

Sedangkan untuk pemakaian di luar panel seperti outdoor, dan tempat-tempat yang bisa dilihat manusia, digunakan busbar yang memakai baju atau disebut kabel.

Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik. Ada pula yang mengartikan, Busbar dalam sistem tenaga adalah lokasi di mana jalur transmisi, sumber generasi, dan beban distribusi bertemu. Karena konvergensi ini, sirkuit pendek yang terletak di dekat busbar cenderung memiliki arus besar yang sangat tinggi. Karena arus sangat besarnya, maka jika ada kesalahan memerlukan kecepatan yang tinggi dalam operasi perlindungan busbar untuk membatasi kerusakan peralatan tersebut. Namun, kliring berkecepatan tinggi harus seimbang terhadap kebutuhan untuk keamanan. Tersandung salah untuk kesalahan eksternal dapat menyebabkan gangguan besar, dan membahayakan stabilitas daya sistem. Besarnya kesalahan yang tinggi meningkatkan kemungkinan CT saturasi selama kesalahan eksternal dekat dengan busbar, dan CT saturasi meningkatkan kemungkinan operasi yang salah dari perlindungan busbar.

Perlindungan busbar mungkin rumit dan bervariasi dengan topologi bus. Banyak busbar menghubungkan semua sirkuit untuk satu segmen umum dari busbar. Komplikasi untuk bus ini adalah hanya jumlah sirkuit terhubung. Namun, busbar tertentu mungkin memiliki beberapa segmen bus, dengan sirkuit individu yang terhubung ke segmen bus yang berbeda tergantung pada kebutuhan operasi. Untuk bus kompleks seperti, perlindungan busbar harus mampu melindungi setiap segmen bus individual, dan dinamis melacak sirkuit terhubung ke segmen bus tertentu. Semua generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.

Mayoritas kesalahan busbar melibatkan fase satu dan bumi, tetapi kesalahan muncul dari berbagai banyak. Bahkan, sebagian besar hasil kerusakan pada busbar dari kesalahan manusia dan bukan kegagalan komponen switchgear.

Semua generator sinkron pada pusat pembangkit listrik menyalurkan tenaga listrik ke rel pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim tenaga listrik dihubungkan ke rel ini.

1. Rel tunggal pada pusat pembangkit Rel tunggal


adalah susunan rel yang sederhana dan relatif paling murah, tetapi memiliki kelemahan dalam hal keandalan, dan kontinuitas pelayanan serta kurang fleksibel dalam pengoperasiannya. Jika terjadi kerusakan pada rel, seluruh pusat listrik harus dipadamkan jika akan melakukan perbaikan. Rel tunggal paling baik jika digunakan hanya pada pusat pembangkit listrik yang tidak begitu penting peranannya dalam sistem.


2. Rel Ganda dengan Satu PMT

Hubungan ke rel 1 atau rel 2 dilakukan melalui PMS. Rel ganda umumnya dilengkapi dengan PMT beserta PMS-nya yang berfungsi menghubungkan rel 1 dan rel 2. Dengan rel ganda, sebagian instalasi dapat dihubungkan ke rel 1 dan sebagian lagi ke rel 2. Kedua rel tersebut (rel 1 dan rel 2) dapat dihubungkan paralel atau terpisah dengan cara menutup atau membuka PMT Kopel. Dengan cara ini fleksibilitas pengoperasian bertambah terutama sewaktu menghadapi gangguan yang terjadi dalam sistem. Sebagian dari unit pembangkit atau beban dapat dihubungkan ke rel 1 dan lainnya ke rel 2. Apabila salah satu unit pembangkit atau salah satu beban akan dipindah rel, terlebih dahulu PMT-nya harus dibuka, selanjutnya disusul pembukaan PMS rel yang akan dilepas, baru memasukkan PMS rel yang dituju, urutannya tidak boleh dibalik. Apabila terbalik, maka akan terjadi hubungan paralel antara rel 1 dan rel 2 yang belum tentu sama tegangannya dan berbahaya. Setelah selesai melakukan pemindahan posisi PMS, PMT dimasukkan. Untuk unit pembangkit, pemasukan PMT harus melalui proses sinkronisasi.


3. Pusat pembangkit listrik dengan dua PMT

Rel ganda dengan dua PMT sama seperti rel ganda dengan satu PMT, tetapi semua unsur dapat dihubungkan ke rel 1 atau rel 2 atau dua-duanya melalui PMT sehingga fleksibilitasnya lebih baik tinggi. Pusat pembangkit listrik dengan rel ganda menggunakan dua PMT (PMT Ganda). Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2 dapat dilakukan tanpa pemadaman, karena dengan adanya 2 buah PMT (masing-masing satu PMT untuk setiap rel) pemindahan beban dilakukan dengan menutup rel yang dituju, kemudian membuka PMT rel yang dilepas. Rel 1 dan rel 2 tegangannya sama, baik besarnya maupun phasanya, setelah itu PMT harus masuk.

4. Rel dengan PMT 1½

Rel dengan PMT 1½ adalah rel ganda dengan 3 buah PMT di antara dua rel. Jika rel-rel diberi identifikasi sebagai rel A dan rel B, maka PMT yang dekat dengan rel A diberi identifikasi sebagai PMT A1, PMT A2, dan seterusnya. PMT yang dekat rel B diberi identifikasi sebagai PMT B1, PMT B2, dan seterusnya. PMT yang di tengah disebut PMT diameter dan diberi identifikasi sebagai PMT AB1, PMT AB2, dan seterusnya. Bagian-bagian dari instalasi dihubungkan pada titik-titik yang letaknya antara PMT A dengan PMT B dan pada titik-titik yang letaknya antara PMT B dengan PMT AB. Dibandingkan dengan rel-rel sebelumnya, rel dengan PMT 1½ ini memiliki keandalan paling tinggi.
Jika rel A mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor A beserta PMS-nya, daya tetap dapat disalurkan secara penuh. Jika rel B mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor B beserta PMSnya, daya tetap dapat disalurkan secara penuh. Apabila rel A dan Rel B mengalami gangguan, dengan membuka semua PMT bernomor A dan PMT bernomor B beserta PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan walaupun dengan fleksibilitas pembebanan yang berkurang.


Rel (Busbar)
Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran
transmisi distribusi listrik. Dimana suatu sistem tenaga yang dipusatkan pada
suatu tempat berisi saluran transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung
bagi, transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan control.
Fungsi utama dari gardu induk :
1. Mentransformasikan daya listrik :
 Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).

Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70
KV).
 Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70
KV/20KV).
 Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
2. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem
tenaga listrik.
3. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui
tegangan tinggi dan ke gardu distribusi - gardu distribusi, setelah melalui
proses penurunan tegangan melalui penyulang - penyulang (feeder -
feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk.
4. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN),
yangkita kenal dengan istilah SCADA.
Jenis Gardu Induk dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
 Berdasarkan besaran tegangannya
 Berdasarkan pemasangan peralatan
 Berdasarkan fungsinya
 Berdasarkan isolasi yang digunakan
 Bedasarkan sistem rel (busbar)
Namun, pada makalah ini saya hanya membahas tentang Jenis Gardu Induk
berdasarkan sistem rel (busbar).
Gardu Induk Berdasarkan Sistem Rel (Busbar)
Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara
transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk
menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Berdasarkan sistem rel (busbar),
9
gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah
ini:
2.1.1 Gardu Induk sistem ring busbar
Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk
jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung (terhubung) satu
dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).
Gambar 1 : Gardu Induk Ring (Cincin)
2.1.2 Gardu Induk sistem single busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada
umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk yang berada pada
ujung (akhir) dari suatu sistem transmisi.
10
Gambar 2 : Gardu Induk Single Busbar
2.1.3 Gardu Induk sistem double busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu induk
sistem double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya
pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan sistem
(manuver sistem). Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak
digunakan.
11
Gambar 3 : Gardu Induk Double Busbar
2.1.4 Gardu Induk sistem satu setengah (one half) busbar
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada
umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit
tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar. Dalam segi
operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat mengurangi
pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem (manuver
system). Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang
terpasang secara deret (seri).
12
Gambar 4 : Gardu Induk Satu Setengah (One Half) Busbar
2.2 Penghantar Listrik
Penghantar listrik adalah media penghantar tenaga listrik dari sumber
tegangan listrik ke peralatan yang menggunakan tenaga listrik atau
menghubungkan suatu peralatan listrik ke peralatan listrik lainnya.
Kawat adalah sebuah penghantar masif (single solid conductor) atau
beberapa buah yang tergabung menjadi satu dan terbungkus oleh bahan
isolasi. Sedangkan, kabel adalah penghantar listrik 2 atau lebih yang masing-
13
masing terbungkus bahan isolasi yang terpisah satu sama lainnya kemudian
bersama-sama terbungkus isolasi (multi conductor cable).
2.2.1 Sifat Dasar Penghantar
Berapa sifat penting yang dimiliki penghantar ialah : tahanan jenis
listrik, koefisien suhu tahanan, daya hantar panas, kekuatan tegangan
tarik, dan timbulnya daya elektro-motoris termo.
a. Daya Hantar Listrik
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar selalu mengalami
hambatan dari penghantar itu sendiri. Besar hambatan tersebut
tergantung dari bahannya. Besar hambatan tiap meternya dengan
luas penampang 1 mm
2
pada temperatur 20
0
C dinamakan
hambatan jenis. Besarnya hambatan jenis suatu bahan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :
R = L/Aρ atau = R A/lρ
Dimana :
R : besar tahanan salam satuan ohm
14
l : panjang kawat dalam satuanmeter
q : penampang kawat dalam satuan mm
2
(rho): tahanan jenisρ
Sedangkan daya hantar (conductivity) merupakan inverse dari
resistivity.
= 1/ σ ρ
Dengan satuan Siemens per meter (S/m)
b. Koefisien Suhu Tahanan
Suatu bahan akan mengalami perubahan volume apabila terjadi
perubahan suhu, bahan akan memuai jika suhu naik dan menyusut
jika suhu dingin, tentunya akan mempengaruhi besar nilai
tahanannya, yang dapat dihitung dengan persamaan :
R = R
0
{ 1 + (t – tα
0
)}
Dimana :
R
0
= besar tahanan awal (ohm)
R = besar tahanan akhir (ohm)
t
0
= suhu awal (0C)
t = suhu akhir (0C)
α = koefisien suhu tahanan
15
Nilai tahanan jenis, berat jenis dan titik cair dari bermacam-macam
bahan dapat dilihat pada table
Koefisien Suhu Tahanan
Bahan penghantar yang paling banyak dipakai adalah tembaga,
karena tembaga merupakan bahan penghantar yang paling baik
setelah perak dan harganya pun murah karena banyak terdapat.
Akhir-akhir ini banyak digunakan Aluminium dan Baja sebagai
penghantar walaupun tahanan jenisnya agak besar, hal ini dengan
pertimbangan sangat berlimpah dan harganya menjadi lebih murah.
c. Daya Hantar Panas
Daya hantar panas ini menunjukkan jumlah panas yang melalui
lapisan bahan tiap satuan waktu dalam satuan kkal/jam˚C.
Terutama diperhitungkan dalam pemakaian mesin listrik beserta
16
perlengkapanya. Pada umumnya logam mempunyai daya hantar
panas yang tinggi sedangkan pada bahan-bahan bukan logam
rendah.
d. Kekuatan Tegangan Tarik
Sifat mekanis ini penting untuk hantaran di atas tanah, maka bahan
yang dipakai harus diketahui kekuatannya lebih-lebih menyangkut
tegangan tinggi. Penghantar listrik dapat berbentuk padat, cair, atau
gas. Yang berbentuk padat umumnya logam, elektrolit dan logam
cair (air raksa) merupakan penghantar cair, dan udara yang
diionisaikan dan gas-gas mulia (neon), kripton, dan sebagainya
sebagai penghantar bentuk gas.
e. Timbulnnya Daya Elektro Motoris-Termo
Sifat ini penting terhadap dua titik kontak yang terbuat dari dua
bahan yang berlainan, karena pada rangkaian arus akan terbangkit
daya elektro motoris-termo tersendiri bila ada perbedaan suhu.
Karena elektromotoris ini dapat tinggi, sehingga dapat
menyimpangkan daya pengukuran arus atau tegangan listrik yang
sangat kecil. Besarnya perbedaan tegangan yang terbangkit
tergantung dari sifat-sifat kedua bahandan sebanding dengan
perbedaan suhunya. Daya elektro-motoris yang terbangkit oleh
perbedaan suhu dinamakan : daya elektro motoris termo.
2.2.2 Macam-Macam Bahan Penghantar
Fungsi penghantar pada teknik listrik adalah untuk menyalurkan energi
listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar yang lazim digunakan
17
antara lain : aluminium, tembaga, baja, wolfram, molibdenum, platina,
air raksa. Bahan-Bahan resistivitas Tinggi, timah hitam, bimetal, serat
optic.
a. Alumunium
Aluminium murni mempunyai massa jenis 2,7 g/cm
3
, = 1,4 x 10α
5
,
titik leleh 658˚C dan tidak korosif. Daya hantar aluminium sebesar
35 m/ohm.mm
2
atau kira-kira 61, 4 % daya hantar tembaga.
Aluminium murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan tariknya
hanya 9 kg/mm
2
.
Sifat logam aluminium ini mudah dibengkok-bengkokkan karena
lunaknya. Oleh karena itu kekuatan tarik dari kawat aluminium
lebih rendah dari kawat tembaga, yaitu setengah dari kekuatan tarik
kawat tembaga. Untuk itu kawat aluminium hanya dapat dipakai
pada gawang (span) yang pendek, sedangkan untuk gawang yang
panjang dapat digunakan kawat aluminium yang dipilin menjadi
satu dengan logam yang sejenis maupun yang tidak sejenis, agar
mempunyai kekutan tarik yang lebih tinggi. Oleh karena itu kawat
aluminium baik sekali digunakan sebagai kawat penghantar
jaringan.
Kelemahan kawat aluminium ini tidak tahan akan pengaruh suhu,
sehingga pada saat cuaca dingin regangan (stress) kawat akan
menjadi kendor. Agar kekendoran regangan kawat lebih besar,
biasanya dipakai kawat aluminium campuran (alloy aluminium
wire) pada gawang-gawang yang panjang. Selain itu kawat
aluminium tidak mudah dipatri (disolder) maupun di las dan tidak
tahan akan air yang bergaram, untuk itu diperlukan suatu lapisan
dari logam lain sebagai pelindung. Juga kawat aluminium ini
mudah terbakar, sehingga apabila terjadi hubung singkat (short
circuit) akan cepat putus.
Karena itu kawat aluminium ini banyak digunakan untuk jaringan
distribusi sekunder maupun primer yang sedikit sekali mengalami
gangguan dari luar. Sedangkan untuk jaringan transmisi kawat
yang digunakan adalah kawat aluminium capuran dengan diperkuat
oleh baja (aluminium conductor steel reinforsed) atau (aluminium
clad steel).
b. Tembaga
Tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi yaitu 57
Ohm.mm
2
/m pada suhu 20˚C. Koefisien suhu tembaga 0,004 perα
˚C. Karakteristik resistisivitas tembaga terhadap suhu adalah tidak
linier seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Pemakaian tembaga pada teknik listrik yang terpenting adalah
sebagai penghantar, misalnya : kawat berisolasi (NYA, NYAF),
kabel (NYM, NYY, NYFGbY), busbar, lamel mesin dc, cincin
seret pada mesin ac, dan lain-lain. Tembaga mempunyai ketahanan
terhadap korosi, oksidasi. Massa jenis tembaga murni pada suhu
1920˚C adalah 8,96 g/cm3, titik cair 1083˚C. Kekuatan tarik tembaga
tidak tinggi berkisar antara 20 hingga 40 kg/mm
2, kekuatan tarik
batang tembaga akan naik setelah batang tembaga diperkecil
penampangnya untuk dijadikan kawat berisolasi atau kabel.
Berikut adalah tabel sifat logam penghantar jaringan.

Bentuk Kawat Penghantar Jaringan
Dilihat dari bentuknya kawat penganta dapt diklasifikasikan menjadi 3
macam yaitu: kawat padat (solid wire), kawat berlilit (stranded wire),
dan kawat berongga (hallow wire).




a. Kawat Padat




Kawat padat merupakan kawat tunggal yang berpenampang bulat
dan banyak dibuat dalam ukuran yang kecil, karena kawat padat
yang berpenampang besar akan kaku dan kokoh sehingga sukar
dibengkokkan dan tidak fleksibel. Oleh karena itu banyak sekali
kerugian-kerugian yang dimiliki bila dipakai kawat padat tersebut,
terutama bila terjadi kawat putus maupun bila terjadi proses korosi.

pada kawat, dan kawat padat ini mempunyai kekuatan tarik yang
rendah, sehingga tidak ekonomis penggunaannya.
Biasanya kawat padat ini digunakan untuk jaringan distribusi
sekunder atau jaringan pelayanan (service) ke konsumen, serta
untuk jaringan telepon maupun instalasi rumah dan gedung-
gedung. Walaupun digunakan untuk jaringan distribusi tegangan
rendah, hanya untuk gawang-gawang yang pendek. Penggunakan
kawat padat ini sudah mulai dihindari pemakaiannya, selain tidak
ekonomis juga pendistribusian tenaga listrik akan mengalami
hambatan-hambatan bila terjadi kawat putus, dan gejala-gejala
listrik lainnya.

b. Kawat Berlilit



Kawat berlilit merupakan sejumlah kawat padat yang dipilin secara
berlapis-lapis terkonsentris membentuk lingkaran dalam suatu
lilitan dengan penampang yang sama. Salah satu kawat yang
terdapat ditengah sebagai pusat kawat tidak ikut dipilin. Oleh karena itu kawat berlilit akan memiliki ukuran yang besar, lebih
kaku dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi serta mudah
lentur.
Jenis kawat yang dipilin ini biasanya tidak hanya terdiri dari satu
jenis kawat. Untuk meningkatkan sifat-sifat kawat berlilit ini
digunakan kawat yang terdiri dari beberapa macam kawat.
Kombinasi dari beberapa kawat penghantar ini disesuaikan dengan
penggunaan untuk jaringan tenaga listrik pada tegangan yang
dipakai. Makin tinggi tegangan suatu sistem makin disesuaikan
kombinasi kawat logam tersebut tanpa meninggalkan sifat logam
itu sebagai kawat penghantar. Kawat berlilit yang dikombinasikan
ini umumnya digunakan hanya untuk saluran transmisi tegangan
tinggi maupun untuk saluran tegangan ekstra tinggi (extra high
voltage) dan saluran tegangan ultra tinggi (ultra high voltage) untuk gawang-gawang yang lebar.
Pada jaringan distribusi yang banyak digunakan adalah kawat
aluminium berlilit atau kawat aluminium campuran berlilit.
Perbaikan mutu kawat aluminium ini akan menghasilkan kawat
tarikan keras (hard drawn), kekuatan mekanis tinggi dan beratnya
lebih ringan, walaupun konduktivitasnya agak rendah dari kawat
tembaga.

c. Kawat Berongga

Kawat berongga merupakan kawat yang dipilin membentuk suatu
lingkaran dimana ditengah kawat ini tidak ditempatkan satu
kawatpun, sehingga merupakan rongga yang kemudian ditunjang
oleh sebuah batang "I" (I beam) atau sebuah segmen berbentuk
cincin. Kawat berongga ini jarang sekali digunakan untuk jaringan
distribusi, selain mahal harganya juga sangat berat. Biasanya
digunakan pada gardu induk sebagai rel penghubung. Kerana kokoh
dan ukurannya besar, kawat ini mempunyai kekuatan mekanis yangsngat besar. Bentuk kawat
berongga ini direncanakan untuk
menghindarkan terjadinya pangaruh kulit (skin effect) pada kawat
penghantar.
Rugi Tegangan / Drop Voltage
Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik
adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding
terbalik dengan penampang saluran. Kerugian ini dalam persen
ditentukan dalam batas-batas tertentu. Pada instalasi bangunan rugi
tegangan dihitung dari alat pengontrol adalah maksimum 2% untuk
instalasi penerangan dan maksimum 5% untuk instalasi tenaga listrik
seperti motor.


Kemampuan Hantar Arus (KHA)
Kemampuan Hantar Arus dipengaruhi oleh suhu penghantar yang di
izinkan dan kondisi sekitar sejauh panas yang dipindahkan. Berarti
kemampuan hantar arus untuk masing-masing penghantar berbeda
ukuran dan spesifikasinya. KHA (Kekuatan Hantar Arus), dengan
melihat pada jenis isolasi dan cara pemasangannya; susut tegangan
maksimum sesuai impedansi kabel dan karakteristik beban; kinerja pada
hubungan pendek dari arus gangguan yang mungkin terjadi dan
karakteristik gawai proteksi; kekuatan mekanik dan pertimbangan fisik
lainnya.
Seperti yang disebutkan dalam PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 “Penghantar
sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA
kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh. Di samping itu, untuk
jarak jauh perlu digunakan penghantar yang cukup ukurannya hingga
tidak terjadi susut tegangan yang berlebihan. Penghantar sirkit akhir
untuk motor dengan berbagai daur kerja dapat menyimpang dari
ketentuan di atas asalkan jenis dan penampang penghantar serta
pemasangannya disesuaikan dengan daur kerja tersebut.”
Faktor-faktor yang memperngaruhi nilai arus (KHA) adalah :
1. Arus desain, yaitu kabel harus membawa arus penuh
2. Tipe kabel seperti PVC, konduktor tembaga atau alumunium
3. Kondisi instalasi atau penempatan kabel tersebut
4. Temperature lingkungan
5. Tipe perlindungan, artinya berapa lama kabel harus membawa arus besar


Rel (busbar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara
transformator daya, SUTT/ SKTT dengan komponen listrik lainnya,
untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.


Gardu Induk berdasarkan sistem rel (busbar) dibagi dalam 4 jenis :

1. Gardu Induk sistem ring busbar
2. Gardu Induk sistem single busbar
3. Gardu Induk sistem double busbar
4. Gardu Induk sistem one half busbar

- Penghantar listrik adalah media penghantar tenaga listrik dari sumber
tegangan listrik ke peralatan yang menggunakan tenaga listrik atau
menghubungkan suatu peralatan listrik ke peralatan listrik lainnya.
- Beberapa sifat penting penghantar listrik :
1. Daya Hantar Listrik
2. Koefisien Suhu Tahaanan



fungsi pmt pada busbar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar